Rabu, 24 Oktober 2012

dusun tanpa cemara



Tatkala tuhan berkehendak, maka Terjadilah,,
Ada sebuah dusun, dusun yang indah damai nan sentosa. Dusun yang berjuang untuk selalu lebih baik dari waktu ke waktu, penuh dengan impian dan harapan, berisi pemuda pemudi yang gagah cantik nan mempesona.
Dusun yang mungkin belum lama ada dan belum banyak juga hambatan dan ujian yang melanda, tapi yang namanya ujian itu bukanlah tidak mungkin, bukanlah tidak ada.
Seiring berjalannya waktu, dusun punya pemimpin perubahan, punya manusia-manusia yang berkumpul berdiskusi dan ber munajat penuh untuk memberi perubahan yang lebih baik.
Manusia-manusia itu memang baik, jujur dan amanah, Dusun sedikit demi sedikit dibawa mereka menuju sesuatu yang lebih cerah, sesuatu yang lebih membanggakan dan menyenangkan. Untuk anak cucu agar mereka juga lebih baik dari generasi sekarang.
Tiba-tiba, karena mungkin sudah waktunya Ada petir menyambar,,, Petir yang cukup dahsyat untuk dusun kecil yang belum lama ada itu.
Petir yang menyebabkan kabut yang membuat beberapa mata manusia hilang kendali dan tak lagi melihat kasih sayang, yang menjadikan orang itu ingin merusak dusun kecil itu, yang menjadikan manusia itu tak lagi ingat dulu bagaimana mereka semua mengawali dusun kecil itu dengan gubuk kecil.
Petir yang membakar segalannya sehingga banyak manusia yang hidup dengan amarah, kemudian dengan daya dan upaya yang dia punya diamulai menciptakan tipu muslihat untuk menjatuhkan sesamanya, untuk melumpuhkan agen-agen perubahan yang tak sejalan dengan nya.
Lebih jauh lagi petir menyambar otak-otak beberapa manusia, sehingga membuat manusia itu menuhankan gerakannya, menganggap yang lain salah. Salah-salah menganggap pahamnya itu tuhan. “Mana yang tuhan mana yang setan” Ada yang mulai menuding-nuding bahwa dia salah, dia makar, dia Anjing, dia pahlawan, dia pecundang, dia pengecut, dia Gila, dia benar.
Yang terlihat jadilah mereka yang haus akan kedudukan, yang haus akan benderanya, yang tega menjadikan ikan-ikan kecil yang dulu pernah mereka ajak berenang bersama menjadi umpan hina tak berdaya, yang menjadikan saudara menikam leher saudaranya sendiri dan bangga karenanya, yang hidup se-atap pun saling menjegal dan tak jarang saling bunuh.
Yaaa ada beberapa yang tak terkena petir itu

Mari kita berdo’a untuk mereka.
Disisi barat dusun itu, Ada Fulan yang melihat dan berkata
“Aku salah satu dari mereka yang di dusun itu, aku  lebih jelek dari mereka, aku juga tak sepintar mereka dalam berdiskusi dan me-metakan hidup.  Tapi aku heran kenapa mereka saling bunuh demi itu, iyaaa memang semua ini masih samar-samar, mengenai hasil akhir tentang kebenaran suatu yang mereka perjuangkan, biar tuhan saja yang memberi Hadiahnya.”
“Yang pasti janganlah Menenggelamkan mereka yang mengajari mu berenang, janganlah menusuk keluarga yang dari awal mau berbagi piring dan sendok dengan mu, pahamilah jika sebenarnya keluarga mu itu membutuhkan mu yang tersenyum saat dulu bersama-sama menanam pohon cemara , Keluarga ini ingin yang seperti dulu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar