Setiap orang mendambakan kebahagiaan dan kesuksesan. Cakupannya bukan hanya individu, namun juga keluarga, masyarakat dan negara. Dalam konsep agama Islam, rumusan kebahagiaan dan kesuksesan tidak hanya berdimensi dunia namun juga akhirat. Dan jalan untuk menggapai kebahagiaan tersebut telah dijelaskan Alloh SWT dalam al-Quran, salah satunya dalam surat al-Kautsar.
Dilihat dari namanya, al-Kautsar yang berarti “Kebaikan yang melimpah” cukup bisa memberikan inspirasi kebaikan. Jika kita mampu mentadabburinya maka kebahagiaan dan kemakmuran bukanlah sebuah mimpi, ia bisa bisa diraih dengan menapaki petunjuk jalan ilahi. Apa sesungguhnya rahasia yang disampaikan Alloh SWT dalam surat ini, sebagai sebuah petunjuk untuk meraih kebaikan hidup yang melimpah? Untuk memahaminya, mari kita pelajari kondisi dan latar belakang diturunkannya surat ini.
Surat al-Kautsar termasuk surat Makiyyah. Seperi halnya surat Makiyyah lainnya, secara umum menggambarkan suasana dakwah ajaran islam yang dipimpin oleh rosululloh. Saat itu rosululloh mendapatkan pertentangan dan fitnah dari musuh berupa opini publik yang menyesatkan terhadap dirinya. Disebarkan isu, bahwa rosululloh adalah seorang ‘al-Abtar” yang berarti terputus generasi. Hal ini dilatar belakangi bahwa rosululloh tidak memiliki anak laki-laki, sehingga dakwah rosullulloh tidak akan berkembang.
Sebagai manusia biasa, rosululloh pun terpengaruh secara psikologis. Rosululloh merasa sedih, apalagi saat itu dihadapkan pada fenomena masyarakat yang membanggakan jika memiliki anak laki-laki. Di tengah kesedihan ini, turunlah surat al-Kautsar. Sebuah surat laksana oase di padang pasir atau embun pagi yang menyejukkan. Sebagai hiburan yang diberikan Alloh SWT kepada nabi Muhammad SAW.
Annas Ibnu Malik menceritakan, ketika kami bersama rosululloh, tiba-tiba rosululloh tertidur ringan. Tak lama kemudian rosululloh terbangun dan tersenyum. Lalu sahabat bertanya, apa yang membuat engkau tersenyum wahai rosululloh? Rosululloh menjawab, “Sungguh barusan telah turun surat al-Quran dari Alloh SWT melalui malaikat Jibril, yakni surat al-Kautsar”.
Surat al-Kautsar ini terdiri dari 3 ayat. yakni sebagai berikut:
- Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni’mat yang banyak.
- Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah
- Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus
Ayat pertama menggambarkan simbol kedekatan Alloh SWT berupa dialog langsung untuk menghibur nabi Muhammad SAW di tengah isu negatif. Bahwa sesungguhnya Alloh SWT telah memberikannya al-Kautsar. Para ulama menafsirkan al-Kautsar adalah sebuah kebaikan yang melimpah. Diantaranya kebaikan tersebut adalah kenabian, al-Quran, banyaknya jumlah umat, serta ketinggian keluhuran penyebutan nama nabi Muhammad SAW. Saat rosululloh ditanya apa itu al-Kautsar?, rosululloh menjawab, Sebuah telaga yang dijanjikan Alloh SWT di akhirat buat umatnya. Beragam pendapat yang mengartikan kata al-Kautsar tidaklah kontradiktif. Sebuah kata yang merupakan turunan (derivasi) dari kata al-Kasroh, yang maknanya baik. kebaikan yang melimpah meliputi dimensi dunia dan akhirat.
Lalu apa kunci agar kita mendapatkan al-Kautsar?. Berdasarkan surat di atas, ada dua konsep utama untuk meraih kebaikan melimpah yang tertera dalam ayat kedua, yakni mendirikan sholat dan memiliki semangat berkorban. Sholat merupakan simbol kekuatan hubungan antara hamba dengan kholiknya semantara berkurban adalah spirit untuk membela agama Islam berupa harta, tenaga maupun jiwa. Jadi, Jangan pernah bermimpi mendapat kebaikan hidup yang melimpah, kalau tidak menghadirkan sholat dan berkurban terbaik.
Lalu, ayat ketiga menjelaskan siapa sejatinya yang disebut al-Abtar (Terputus Generasi). Musuh Islam menyudutkan nabi Muhammad SAW. Namun Alloh SWT membantahnya, “Sesungguhnya orang-orang yang memusihimu adalah al-Abtar yang hakiki”. Merekalah yang terputus dari rahmat dan hidayah Alloh. Sementara dakwah al-Quran dan Iman merupakan al-Kautsar. Dan cara untuk mendapatkan al-Kautsar adalah dengan mendirikan Sholat dan semangat berkorban yang terbaik buat agamanya.
Narasumber: DR. Ahmad Kusyairi Suhail MA, pengajian 27 April 2013, di Mesjid Kota Wisata Cibubur Bogor. Di tulis oleh Admal Syayid www.nasehatislam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar