Jumat, 22 Februari 2013
Daging Makanan Bergizi Kelas Satu, Benarkah?
”Bukankah daging tetap dibutuhkan tubuh untuk kesehatan?” Demikianlah kepercayaan yang sangat mengakar hingga detik ini, yakni daging sebagai sumber protein kelas satu, sumber kalsium, sumber lemak, sumber vitamin B12 dan sumber zat besi.
Salah satu akar kepercayaan ini bersumber dari sebuah studi antara tahun 1929-1950 dengan menggunakan asam amino yang dimurnikan (padahal makanan yang kita makan bukanlah asam amino yang dimurnikan). Kemudian, penelitian lanjutnya dilakukan pada tikus, yang ternyata tingkat kebutuhan proteinnya paling tinggi dari semua mamalia. Sebagai patokan, jumlah kalori protein yang terkandung dalam air susu tikus adalah 49%, sedangkan pada manusia jumlah kalori protein yang terdapat pada ASI hanyalah 5%.
Mengapa Jadi Berlebih?
Patut dicermati bahwa kebutuhan tertinggi tubuh manusia akan protein seumur hidupnya adalah masa usia 0-5 tahun. Pada masa paling krusial 0-6 bln di mana ASI secara eksklusif diberikan, ASI sendiri ‘hanya’ mengandung 5% kalori protein, Terkecuali masa menyusui, American Journal of Clinical Nutrition mematok rata-rata asupan 2,5% kalori protein per hari, dan banyak populasi yang hidup dengan baik-baik saja pada angka ini. Logis saja, karena pada masa kebutuhan tertingginya pun tubuh kita hanya dipasok 5% kalori protein dari ASI. Tentunya setelah lewat masa pertumbuhan, tubuh kita tidak membutuhkan sebanyak itu lagi, atau cukup di bawah 5% kalori protein.
Bukankah hal yang janggal bila National Egg Board, National Dairy Council, National Livestock, dan Meat Board Amerika menambah 30% dari angka yang harusnya kurang dari 6% (“Diet For A New America”)?Batas aman atau RDA 30% inilah yang disoroti sebagai dasar propaganda industri ternak. Kebijakan tersebut lantas dituangkan ke dalam kurikulum pendidikan. Bermula di Amerika, propaganda daging, telur, susu sebagai sumber protein utama ini pun mendunia, termasuk di Indonesia. Bangku sekolah kita tak luput dari jangkauan propaganda ini. Konsep yang sudah sangat akrab sampai ke sumsum kita, bahwa daging adalah sumber terbaik untuk protein.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar