Awan berarak arak tiada henti
Bergumpal gumpal menutup angkasa
Semula hanyalah seperti putihnya kapas
Menghias indah bagai permadani suci langit
Kini awan itu merebak menebal
Menjadikan gulita selayak pekatnya malam
Kelam membisu membuncah batin
Hingga seorang anak manusia diam menatap
Tatapan sendu yang melarutkan sukma
Melintas sepanjang hayat dalam sebuah lakon hidup
Wajahnya kian muram hingga terdengarlah isakan yang
tertahan
Sesekali tanganya berusaha tepiskan air mata yang
menetes
Apakah kehidupanku bagai awan hitam racau mulutnya
Kembali ia terpekur merenungi hidup ini
Deretan cerita hidup kembali terlintas dalam benaknya
Seakan itu bagai palu godam yang menghantam
Maka sosok yang biasanya gagah itu terhuyung dan
terjatuh
Tak sanggup lagi ia pandangi awan hitam diangkasa
Dia tundukan wajahnya sambil mengcengkeram butiran
pasir
Bersujudlah ia seraya berdzikir, Tuhan datangkanlah
badai usir awan hitam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar