Rabu, 21 November 2012

Rangkap tangan di dada


Rangkap Tangan Didada

Senja nan hangat di sebuah lereng bukit
Tubuh lelahku terbaringkan manja
Direrumputan hijau yang menghampar luas
Nyaman sekali sentuhan buaian kehangatannya

Bukit hijau yang dipenuhi bunga penuh rupa
Dengan rimbunan cemara biru gelap diujung sana
Dimana burung bernyanyi gembira didahan rantingnya
Mendendangkan simponi selarasnya irama kehidupan

Aku biasa duduk diatas batu besar dilereng timur
Menyaksikan mentari pagi bangun dari peraduan
Selamat pagi para penghuni bumi yang giat katanya
Diiringi senyum ramah yang terkembang tiada henti

Atau ketika hari beranjak sore dilereng barat
Maka kali ini semburat mentari menghiasi cakrawala
Kembali ia berkata selamat beristirahat penghuni bumi
Rona merahnya kian tak sabar berjumpa tuk esok harinya

Musim – musim selalu menyelimuti bukit kecil itu
Tak ada suatu apapun yang membosankan disana
Warna indah yang satu akan tergantikan warna indah lainya
Begitu terus menerus sepanjang masa menggeliat

Hanya saja suara hatiku tetap mengelana
Mencari sesuatu yang aku tidak pernah tahu
Tapi sungguh aku ingin diam tuk tak beranjak
Jiwa ini sudah lelah mengarungi bukit dan lembah

Hingga suatu waktu yang menguatkan
Tak mampu lagi aku mendengar jerit nuraniku
Rangkap tangan didada, undur diri kutundukan muka
Selamat tinggal bukit kecil bersenja nan hangat

Sungguh sangat berat langkahku meninggalkanmu
Tak ada satu patah katapun yang berani kuucapkan
Berbahagialah siapapun kelak yang menemukannya
Pesanku jagalah agar tetap bertahan  keindahannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar