Rangkap Tangan Didada
Senja nan hangat di sebuah lereng bukit
Tubuh lelahku terbaringkan manja
Direrumputan hijau yang menghampar luas
Nyaman sekali sentuhan buaian kehangatannya
Bukit hijau yang dipenuhi bunga penuh rupa
Dengan rimbunan cemara biru gelap diujung sana
Dimana burung bernyanyi gembira didahan rantingnya
Mendendangkan simponi selarasnya irama kehidupan
Aku biasa duduk diatas batu besar dilereng timur
Menyaksikan mentari pagi bangun dari peraduan
Selamat pagi para penghuni bumi yang giat katanya
Diiringi senyum ramah yang terkembang tiada henti
Atau ketika hari beranjak sore dilereng barat
Maka kali ini semburat mentari menghiasi cakrawala
Kembali ia berkata selamat beristirahat penghuni bumi
Rona merahnya kian tak sabar berjumpa tuk esok harinya
Musim – musim selalu menyelimuti bukit kecil itu
Tak ada suatu apapun yang membosankan disana
Warna indah yang satu akan tergantikan warna indah lainya
Begitu terus menerus sepanjang masa menggeliat
Hanya saja suara hatiku tetap mengelana
Mencari sesuatu yang aku tidak pernah tahu
Tapi sungguh aku ingin diam tuk tak beranjak
Jiwa ini sudah lelah mengarungi bukit dan lembah
Hingga suatu waktu yang menguatkan
Tak mampu lagi aku mendengar jerit nuraniku
Rangkap tangan didada, undur diri kutundukan muka
Selamat tinggal bukit kecil bersenja nan hangat
Sungguh sangat berat langkahku meninggalkanmu
Tak ada satu patah katapun yang berani kuucapkan
Berbahagialah siapapun kelak yang menemukannya
Pesanku jagalah agar tetap bertahan keindahannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar