Sebuah majalah seni terkemuka di Australia mencatat seorang perupa yang paling sering diundang ke acara biennale international adalah Heri Dono. Pria lajang kelahiran Jakarta 12 Juni 1960, yang berpuluh kali berpameran tunggal serta ratusan kali berpameran bersama ini juga dinobatkan sebagai salah satu dari seratus perupa avant-garde dunia saat ini.
Dalam sebuah kesempatan setelah kepulangannya dari Jerman, saya Adi Santoso didampingi 2 rekan lainnya yakni Surahmidi dan S. Wigatiyono melakukan wawancara dengan perupa yang dinobatkan sebagai “manusia Internasional” oleh sebuah media Nasional terkemuka, di studio “kalahan” miliknya di Patukan Lor-Gamping-Sleman sembari bersantap ‘nasi -soto ayam’. Berikut petikan wawancaranya ;
Nama studio ini “kalahan”, pemaknaan apa yang ingin disampaikan dalam membuat nama studio ini?
Nama Kalahan itu berarti tidak menang tetapi juga tidak kalah. Seperti seni tidak ada menang atau kalah. Yang terjadi adalah menang-menangan. Silahkan saja kalau mau menang. Biar saja saya disini dibagian seni yang belum dianggap. Jadi jika ada seni yang belum diklaim estetik, laboraturiumnya disini. Karena seni konservatif harus mengikuti aturan yang sudah disepakati, yang disini mungkin belum estetik. Kalahan sebagai laboraturium yang eksperimental, yang kemungkinan bahwa karya disini sebenarnya sudah baik, tapi dianggap belum baik.
Nama Kalahan itu berarti tidak menang tetapi juga tidak kalah. Seperti seni tidak ada menang atau kalah. Yang terjadi adalah menang-menangan. Silahkan saja kalau mau menang. Biar saja saya disini dibagian seni yang belum dianggap. Jadi jika ada seni yang belum diklaim estetik, laboraturiumnya disini. Karena seni konservatif harus mengikuti aturan yang sudah disepakati, yang disini mungkin belum estetik. Kalahan sebagai laboraturium yang eksperimental, yang kemungkinan bahwa karya disini sebenarnya sudah baik, tapi dianggap belum baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar