Rabu, 09 Januari 2013

tradisi era global


Di era global seperti sekarang, bagaimana caranya menyikapi tradisi?
Tradisi harus selalu dibangun. Kalau pemerintah bertugas melestarikan tradisi, kalau seniman bertugas membangun tradisi baru. Kalau dulu tradisi baru di klaim oleh para Sultan atau Raja tetapi sekarang kan tidak begitu, jadi para seniman tradisi ini juga mencari patron untuk siapa yang akan menunjang kreasi mereka.
Seperti ketika tahun 1992 membuat seni pertunjukan “kuda binal”, saya bekerja dengan para penjaga kuburan di kuncen dan keluarganya untuk membuat sejenis tarian jathilan baru. Sebenarnya seperti jathilan lama tapi para penarinya menggunakan gas masker. Disini saya mencoba mengkritik tentang berbagai hal misalnya polusi yang diakibatkan oleh penebangan pohon, illegal logging, militerisasi dan banyak hal lain.
Dalam karya itu saya mencoba menelusuri kebudayaan dengan membuat penelitian kemudian baru membuat tariannya. Karena intelektual property dalam kebudayaan itu yang penting dan tidak hanya membuat sensasi. Terkadang seniman dalam menampilkan karya hanya ingin membuat sensasi tanpa tahu ujungnya atau muatan intelektualnya untuk disumbangkan di wilayah artian seni. Dan kalau itu tidak ada, itu hanya cari sensasi saja,karena itu tidak penting dalam pembangunan kesadaran manusia.
Seni murni atau fine art itu berfungsi mengaktifkan manusia untuk berfikir, bukan apa yang kita buat untuk membuat orang lain senang. Berbeda dengan seni terapan bahwa apa yang dibutuhkan oleh orang lain itu yang akan kita buatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar