Rabu, 09 Januari 2013

eksploitasi etika


Seni yang berbeda itu tidak harus seni yang ada bentuk keindonesiaannya dengan seni yang kebarat-baratan. Dan di Indonesia sendiri sudah ada perbedaan-perbedaan itu. Misalkan seni yang kita ambil dari toraja, dipadukan dengan seni yang kita ambil dari sumba, itulah seni kontemporer dan plural yang tidak harus selalu mengambil dari barat. mungkin bisa juga mengambil dari barat, karena yang ada di barat mungkin sebelumnya mengambil dari timur.
Kalau kita menyimak pemaparan diatas, untuk karya Heri Dono ada di fase mana ?
Seorang filsafat mengatakan bahwa seni itu dibuat tidak dengan tangan tetapi dengan pikiran. Kehebatan karya seni bukan hanya estetika dari karya yang dihasilkan tetapi lebih pada property intelektual yang dimiliki oleh sang seniman. Kenapa seni menjadi bernilai karena property intelektualnya itu yang mahal. Ide itu berharga.
Karena kita sering bicara seni yakni estetik yang dikedepankan dan kita jarang membicarakan property intelektual. Kekuatan seniman itu, seperti kalau kita baca bukunya john Hopkins tentang ekonomi kreatif bahwa ide itu kekuatan ekonomi, jadi orang harus menghargai ide.
Karya-karya Heri Dono sebenarnya ingin menyuarakan apa?
Saya sering mengindentifikasikan diri sebagai badut. Dalam cerita wayang ada goro-goro. Biasanya punakawan yang muncul… Seniman itu masuk dalam wilayah punakawan itu. Menurut saya, kritik yang tepat bagi orang asia adalah kritik yang disampaikan dengan guyonan. Seperti badut dengan rajanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar