Artinya, pada era global seperti ini kita juga harus bisa menjadi masyarakat global. Namun demikian saya selalu membawa identitas kesenian saya sebagai seorang Indonesia. Banyak kurator di belahan dunia ini saya kenal. Hampir semua museum di negara yang saya datangi saya masuki sebagai diplomatik kebudayaan Indonesia. Menerangkan tentang Indonesia dan keseniannya, walaupun beberapa museum juga sering menolak. Saya juga membuat suatu “perang” dalam sebuah pemikiran yang berbeda namun tidak disetujui.
Di London saya pernah beradu argumentasi dengan sebuah galeri karena menurutnya seni harus mengikuti mereka, tetapi saya berpikir bahwa merekalah yang seharusnya mengerti dengan seni yang berbeda dengan mereka. Dalam seni modern yang konsepnya adalah bahwa seni itu universal, seni yang sama dan bisa dibaca oleh semua orang. Pertanyaannya, siapa yang membuat klaim itu? Misalkan yang membuat klaim itu New York semua harus membuat hal yang sama dengan New York.
Jadi kalau kita membuat seni yang berbeda dengan mereka, itu dianggapnya bukan seni tapi kerajinan. Itu bukan fine art. Jadi apapun yang di buat oleh New York harus diikuti oleh seluruh dunia dan yang berbeda itu bukan. Sedangkan seni yang plural dan banyak yang tidak seperti new York. Artinya, harus dibuat counter dan tidak harus diikuti pendapat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar